BAB II
PERMAINAN MAUT
Aku spontan mundur karena aku sungguh takut. Aku berbalik ingin lari namun suara itu lagi-lagi menghentikan langkah ku, "jangan tinggalkan aku disini.......toloong a..a...aku...." . Aku berbalik dan melihat tangan itu dari balik pintu. Tangan yang penuh darah. Dalam bingung, iba dan takut, aku melangkah pelan dan mencoba meraih tangannya.
Seketika tangan itu menarik tanganku. Kepalaku terbentur hebat, darah segar mengalir dihidungku. aku diseret ke dalam rumah. Tubuh yang besar dan putih, menarikku kuat tanpa mempedulikan benturan demi benturan yang mengenai tubuhku. Dalam setengah sadar aku mencoba membuka mata. Kepalanya kecil, rambutnya panjang menjuntai, siapa dia??? Makhluk apa dia??? Aku mau dibawa kemana???
Sekali lagi seretan itu membuat kepalaku terbentur dan aku hanya sempat melihat darah segar berceceran di lantai sebelum akhirnya gelap dan tak sadarkan diri. Kepalaku pusing sekali, seluruh badanku terasa nyeri dan lemah. Perlahan ku buka mata dan tersadar dalam kondisi terayun, kaki terikat dan terbalik. Aku sungguh lelah dan lemah bahkan hanya untuk berteriak minta tolong.
Didalam ruangan besar itu, tak hanya ada aku, aku mulai menghitung sekitar 3...5 orang.....atau mungkin sekitar 7 orang ada disitu. semua dalam kondisi lemah dan berdarah. Aku memaksakan diri untuk sadar. Dalam lemahku berbisik pada yang tergantung paling dekat denganku, "kita akan diapakan??". Orang itu sekilas sebaya dengan kakakku, dia tidak menjawab, matanya lebam dan sangat lemah bahkan hanya untuk berbicara padaku.
Bunyi langkah semakin mendekat, pintu dibuka. Dia berjalan menghampiri kami dan mulai membuka ikatan salah satu dari kami yang digantung. Dia seret keluar ruangan dan menutup pintu dengan sangat kuat hingga kesadaran dari beberapa kami yang digantung muncul karena bunyi pintu yang sangat kuat.
Seseorang berbisik lemah "Dia makhluk besar dan gila, kita tidak akan bisa pulang sebelum salah seorang dari kita bisa.........." . "Bisa apa" bentakku . Namun dia sudah menutup mata lagi. "Apakah dia mati??" aku masih sibuk dengan pertanyaan gila dipikiranku.
Bunyi langkah besar itu datang lagi. Pintu terbuka dan dia berjalan ke arahku, dalam remang aku melihat tangannya yang besar mengayun ke arah ikatan kakiku. "Tolong jangan bunuh aku...to..long biarkan aku pulaang.." aku memohon padanya. Dia tak peduli. Dia seolah tidak bisa mendengar dan terus menyeretku.
Aku terbangun dalam kondisi duduk disebuah kursi makan dan dihadapanku ada sebuah meja makan kosong yang sangat panjang. Jauh di seberangku, tubuh besarnya duduk sambil senyum sinis ke arahku. Dengan suaranya yang rendah dia berkata, "Siap bermain denganku???".