Kamis, 22 April 2021

PEMBUNUH LIBURAN PART 2

 BAB II

PERMAINAN MAUT


       Aku spontan mundur karena aku sungguh takut. Aku berbalik ingin lari namun suara itu lagi-lagi menghentikan langkah ku, "jangan tinggalkan aku disini.......toloong a..a...aku...." . Aku berbalik dan melihat tangan itu dari balik pintu. Tangan yang penuh darah. Dalam bingung, iba dan takut, aku melangkah pelan dan mencoba meraih tangannya. 

        Seketika tangan itu menarik tanganku. Kepalaku terbentur hebat, darah segar mengalir dihidungku. aku diseret ke dalam rumah. Tubuh yang besar dan putih, menarikku kuat tanpa mempedulikan benturan demi benturan yang mengenai tubuhku. Dalam setengah sadar aku mencoba membuka mata. Kepalanya kecil, rambutnya panjang menjuntai, siapa dia??? Makhluk apa dia??? Aku mau dibawa kemana???

       Sekali lagi seretan itu membuat kepalaku terbentur dan aku hanya sempat melihat darah segar berceceran di lantai sebelum akhirnya gelap dan tak sadarkan diri. Kepalaku pusing sekali, seluruh badanku terasa nyeri dan lemah. Perlahan ku buka mata dan tersadar dalam kondisi terayun, kaki terikat dan terbalik. Aku sungguh lelah dan lemah bahkan hanya untuk berteriak minta tolong.

      Didalam ruangan besar itu, tak hanya ada aku, aku mulai menghitung sekitar 3...5 orang.....atau mungkin sekitar 7 orang ada disitu. semua dalam kondisi lemah dan berdarah. Aku memaksakan diri untuk sadar. Dalam lemahku berbisik pada yang tergantung paling dekat denganku, "kita akan diapakan??". Orang itu sekilas sebaya dengan kakakku, dia tidak menjawab, matanya lebam dan sangat lemah bahkan hanya untuk berbicara padaku.

    Bunyi langkah semakin mendekat, pintu dibuka. Dia berjalan menghampiri kami dan mulai membuka ikatan salah satu dari kami yang digantung. Dia seret keluar ruangan dan menutup pintu dengan sangat kuat hingga kesadaran dari beberapa kami yang digantung muncul karena bunyi pintu yang sangat kuat.

          Seseorang berbisik lemah "Dia makhluk besar dan gila, kita tidak akan bisa pulang sebelum salah seorang dari kita bisa.........." . "Bisa apa" bentakku . Namun dia sudah menutup mata lagi. "Apakah dia mati??" aku masih sibuk dengan pertanyaan gila dipikiranku. 

        Bunyi langkah besar itu datang lagi. Pintu terbuka dan dia berjalan ke arahku, dalam remang aku melihat tangannya yang besar mengayun ke arah ikatan kakiku. "Tolong jangan bunuh aku...to..long biarkan aku pulaang.." aku memohon padanya. Dia tak peduli. Dia seolah tidak bisa mendengar dan terus menyeretku.

        Aku terbangun dalam kondisi duduk disebuah kursi makan dan dihadapanku ada sebuah meja makan kosong yang sangat panjang. Jauh di seberangku, tubuh besarnya duduk sambil senyum sinis ke arahku. Dengan suaranya yang rendah dia berkata, "Siap bermain denganku???".

Jumat, 16 April 2021

PEMBUNUH LIBURAN

 BAB I

Tak Pernah Rindu

    Sudah 2 jam 45 menit di kereta, perjalanan ini menjadi semakin membosankan hingga akhirnya Ibu membangunkanku dengan cara sedikit kasar. Kereta telah memberikan tanda sampai di stasiun Tabing. Semua penumpang mulai mengemasi barang, tak terkecuali aku dan ibuku. Diluar panas sekali, seteguk air mineral tak membantu banyak atas kekeringan yang melanda kerongkonganku. "Kali ini kita akan kemana bu?", tanyaku pada ibu. Ibu hanya diam mengernyitkan dahi.

    Kami lanjut naik angkot jingga. Berisik dan sama sekali tidak nyaman duduk. Aku masih bingung, kemana ibu akan membawa liburanku kali ini. Ibu selalu mengantarkan liburanku ke rumah saudara. Apapun alasannya yang terpenting aku suka liburan sekolah dimana saja asalkan tidak di rumah. Hanya saja kali ini terkesan rahasia.

    Kami naik ojek yang berbeda. Ojek yang kunaikki mengikuti dengan sabar tepat dibelakang ojek yang dinaiki ibuku. Hingga kami berhenti di sebuah rumah sederhana, berwarna putih, dan tampak kosong. Ibu dengan lantang bersorak dari depan rumah sambil melihat-lihat ke dalam "Marni......Marni.....ini aku, Surti....Ada orang di rumah!!!"

    Tak ada sahutan, "Kamu tunggu disini, Ibu mau tanya ke sebelah dulu" bilang Ibu. "Baiklah bu" jawabku polos. Setengah jam berlalu namun Ibu tak kunjung kembali. Seiring bertambah waktu rasa khawatir dan takut mulai datang. Berbagai pertanyaan muncul dibenakku, "Ibu kemana? Ibu dimana? Kenapa Ibu belum kembali??" dan aku semakin resah.

    Belum selesai pertarungan dengan pikiranku sendiri, tiba-tiba pintu depan rumah tadi terbuka. Aku mendengar ada yang merintih minta tolong dari dalam rumah yang gelap. Untuk pertama kali dalam hidupku, aku benar-benar merindukan Ibu.  

Kamis, 15 April 2021

HASRAT

 PIKIRANKU.....

Setiap tingkah laku dan ucapan terlahir dari pengaturan pikiran manusia secara individu. Zaman sekarang kita mengenal kata mind set untuk menggambarkan sebuah pola pikir yang tertanam dalam diri seseorang. 

Untuk hal paling sederhana saja, misalkan dalam memandang kesalahan orang lain. Seringkali kita fokus pada kesalahan dan mengabaikan hal baik lain yang dilakukan oleh seseorang. Seolah menjadi juri atau judges, kita dengan mudah melakukan penilaian terhadap orang lain.

Secara naluri manusia, kita memang lebih mudah berkomentar bahkan sebelum kita berpikir berada di posisi yang sama dan belum tentu kita bisa lebih baik atau sama seperti orang yang kita komentari. Namun manusia adalah makhluk yang cerdas dengan berbagai kelebihannya. Hendaknya kita memang mengutamakan otak dari pada mulut. Hendaknya kata spontanitas mulai diminimalisir terjadi pada mulut kita sebagai manusia.

Apa yang akan terjadi jika kita lebih mengedepankan hasrat berkomentar daripada hasrat berpikir?? Saya menilai ada dampak positif dan negatifnya. Dampak negatif diantaranya adalah:

1. Tanpa sadar banyak perasaan orang lain yang terluka

2. Tanpa sadar ucapan kita yang sembrono bisa membunuh karakter orang lain

3. Hidup orang lain menjadi suram

4. Kita memiliki banyak musuh

5. Kita menjadi pribadi yang merasa lebih asyik mengomentari kehidupan orang lain

6. Kita menjadi lupa dan tidak terbiasa untuk introspeksi diri dan belajar dari kesalahan 

7. Menjadi pribadi yang memiliki mindset "saya paling benar dan paling hebat"

8. Tanpa kita sadari ternyata hidup kita menjadi gudang masalah


Sementara dampak positif dari mengedepankan hasrat berkomentar daripada berpikir diantaranya adalah:

1. Merasa tidak ada beban karena semua yang mengganggu mata dan pikirannya sudah diucapkan tanpa proses analisa berpikir

2. Orang seperti ini akan dimanfaatkan oleh lingkungannya jika berada dalam situasi dan kondisi dimana tak ada satupun yang berani menyuarakan tentang suatu hal, namun dia dengan mudah menyampaikan


Jika kita kembalikan pada tujuan kita ada dumuka bumi ini adalah untuk menebar kebaikan dimuka bumi dengan mengharapkan ridho Allah SWT dan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat, maka hasrat mana yang akan kita pilih untuk dilakukan duluan??

Hasrat berkomentar baru berpikir atau hasrat berpikir terlebih dahulu baru berkomentar.

Pilihan kita menentukan jalan hidup kita.

Untuk kali ini diharapkan tidak ada insan yang mengatakan "tidak memilih itu juga pilihan". Pilihlah yang terbaik dari yang baik. Semoga saya, anda dan kita semua bisa mencapai tujuan awal kita hidup di muka bumi.



                                                                                                                       Salam Hasrat

 

Selasa, 13 April 2021

PANDANGAN PERTAMA

 My First Time...

Hari ini postingan pertama di blog namon mathematics.

Besar harapan saya bisa menulis ini setiap hari, meski rutinitas menghadang, meski pekerjaan dan tanggung jawab menerjang. 

Semoga tak jadi alasan untuk mengatakan tidak ada waktu untuk menulis.

Ini bisa menjadi bahan bacaan menarik bagiku, keluargaku, semua pembaca dan teman setiaku disuatu hari kelak.

Menjadi bukti bahwa ada manusia bernama Mona Amelia yang tangannya julid mengetik. hohohoho...



3.2.a.4. Eksplorasi Konsep - Modul 3.2

  Sebelum melakukan telaah materi, saya mempelajari terlebih dahulu  pertanyaan pemantik  berikut ini: Apabila kita menganggap sebuah sekola...