Koneksi
Antar Materi merupakan rangkuman materi, pengalaman, refleksi dan harapan
tentang keterkaitan yang terjadi antar materi selama Pendidikan Calon Guru
Penggerak (CGP), mulai dari paket modul 1 yang terdiri dari 4 modul hingga
paket modul 2 yang terdiri dari 3 modul. Dari artikel ini akan tergambar sejauh
mana pemahaman dan penguasaan materi oleh Calon Guru Penggerak.
Metode
pembelajaran yang digunakan selama Pendidikan Calon Guru Penggerak menggunakan
Pembelajaran Berdiferensiasi, para CGP diberikan keleluasan, merdeka dalam
memilih bentuk produk penugasan yang akan dihasilkan disesuaikan dengan minat
dan kreativitas. Contoh media yang dapat dibuat diantaranya artikel, ilustrasi,
grafik, video, rekaman audio, screencast presentasi, artikel
dalam blog, dan lainnya.
PEMIKIRAN REFLEKTIF TERKAIT PENGALAMAN BELAJAR
A.
Pengalaman/Materi
Pembelajaran yang Baru Saja Diperoleh CGP
1.
Pengertian
Coaching
Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses
kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis,
dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup,
pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999).
Coaching juga dapat diartikan
sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada
hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa
kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari
coachee.
2.
Paradigma
Berpikir Coaching
a.
Fokus
pada coachee/rekan yang akan dikembangkan
b.
Bersikap
terbuka dan ingin tahu
c.
Memiliki
kesadaran diri yang kuat
d.
Mampu
melihat peluang baru dan masa depan
3.
Prinsip
Coaching
a.
Kemitraan
adalah posisi coach terhadap coachee-nya adalah mitra. Itu berarti setara dalam
coaching, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah
b.
Proses
kreatif adalah dilakukan melalui percakapan, yang dua arah, memicu proses
berpikir coachee, memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan
ide-ide baru
c.
Memaksimalkan
potensi adalah memberdayakan rekan sejawat, percakapan perlu diakhiri dengan
suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan
4.
Kompetensi
Inti Seorang Coach
a.
Kehadiran
Penuh atau (presence) seorang coach untuk mendengarkan coacheenya
b.
Mendengarkan
aktif, fokus pada apa yang dikatakan oleh lawan bicara dan memahami keseluruhan
makna yang tidak terucap
c.
Mengajukan
pertanyaan berbobot
5.
Alur
TIRTA
TIRTA dikembangkan dari satu
model umum coaching yang dikenal sangat luas dan telah banyak
diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah
kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will.
a.
Goal (Tujuan): coach perlu
mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari
sesi coaching ini
b.
Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang
terjadi pada diri coachee
c.
Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam
memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan
sebuah rancangan aksi
d.
Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam
membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya
Saat melakukan percakapan
perencanan jangan minta coachee mengisi form tapi dapatkan
jawaban melalui percakapan
a.
T
(Tujuan):
Tanyakan tujuan perencanaan: apa yang ingin dicapai dengan
program pengembangan/kegiatan
b.
I
(Identifikasi) & R (Rencana):
1)
Tentukan
ukuran keberhasilan program pengembangan/kegiatan
2)
Identifikasi
hal-hal yang harus disiapkan/dikembangkan
3)
Identifikasi
hal-hal yang sudah ada yang bisa membantu keberhasilan
4)
Identifikasi
dukungan yang diperlukan
c.
TA
(Tanggung Jawab):
Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah
selanjutnya.
6.
Salah
satu proses penting yang dilakukan saat supervisi akademik yaitu pemberian
umpan balik. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan saat memberikan
umpan balik dengan prinsip coaching:
a.
Tujuan
pemberian umpan balik adalah untuk membantu pengembangan diri coachee
b.
Tanpa
umpan balik, orang tidak akan mudah untuk berubah
c.
Sesuai
prinsip coaching, pemberian umpan balik tetap menjaga prinsip
kemitraan
d. Selalu mulai dengan memahami
pandangan/ pendapat coachee
7.
Supervisi
akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak
secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Supervisi
akademik perlu dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan
kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan
pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada anak. Karenanya kegiatan
supervisi akademik hanya memiliki sebuah tujuan yakni pemberdayaan dan
pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan
mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001).
8.
Dalam
pelaksanaan supervise akademik ada dua paradigma utama yang menjadi landasan
kita menjalankan proses supervisi akademik yang memberdayakan, yakni paradigma
pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap
individu
9.
Salah
satu strategi yang dapat dilakukan dalam mencapai tujuan supervise yaitu
mengoptimalkan potensi setiap guru sesuai dengan kebutuhan yang nantinya dapat
membantu para guru dalam proses peningkatan kompetensi dengan menerapkan
kegiatan pembelajaran baru yang dimodifikasi dari sebelumnya adalah melalui
percakapan coaching dalam keseluruhan rangkaian supervisi
akademik
10.
Sebuah
kegiatan supervisi klinis bercirikan:
a.
Interaksi
yang bersifat kemitraan
b.
Sasaran
supervisi berpusat pada strategi pembelajaran atau aspek pengajaran yang hendak
dikembangkan oleh guru dan disepakati bersama antara guru dan supervisor
c.
Siklus
supervisi klinis: pra-observasi, observasi kelas, dan pasca-observasi
d.
Instrumen
observasi disesuaikan dengan kebutuhan
e.
Objektivitas
dalam data observasi, analisis dan umpan balik
f.
Analisis dan
interpretasi data observasi dilakukan bersama-sama melalui percakapan guru dan
supervisor
g.
Menghasilkan
rencana perbaikan pengembangan diri
h.
Merupakan
kegiatan yang berkelanjutan
11.
Dengan
prinsip berkesinambungan dan memberdayakan, seorang supervisor meneruskan hasil
dari tahapan pelaksanaan supervisi akademis dan klinis sebagai pijakan lanjutan
bagi proses tindak lanjut yang meliputi refleksi, perencanaan pengembangan diri
dan pengembangan proses pembelajaran.
B.
Emosi-Emosi yang Dirasakan CGP Terkait
Pengalaman Belajar
Emosi
yang dirasakan adalah semakin termotivasi untuk lebih giat belajar dan mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang coaching untuk supervisi akademik dan semakin
banyak melakukan praktik coaching agar semakin terasah kemampuan sebagai coach
untuk hadir penuh (presence), mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan
berbobot kepada rekan yang menjadi coachee.
C.
Hal yang Sudah Baik Berkaitan
Dengan Keterlibatan Diri Dalam Proses Belajar
Hal
yang sudah baik dalam diri CGP adalah telah memiliki pemahaman dan pencerahan
tentang materi coaching untuk supervisi akademik dan sudah mempraktikkannya.
Hal baik lainnya, CGP memiliki kesadaran akan kekhawatiran yang dikemas menjadi
tantangan. Terdapat beberapa tantangan dalam menerapkan praktik coaching yaitu
pelaksanaan secara berkelanjutan dengan murid atau rekan sejawat agar
mendapatkan keterampilan coaching untuk supervisi akademik karena kegiatan
coaching dan supervisi akademik bersifat kontinu.
D. Hal yang Perlu Diperbaiki Terkait Dengan Keterlibatan Diri Dalam
Proses Belajar
Hal
yang perlu diperbaiki adalah mempraktikkan langkah-langkah yang tepat dan bijaksana
saat mengajukan pertanyaan berbobot kepada coachee. Keterkaitan terhadap
kompetensi dan kematangan diri pribadi adalah mengoptimalkan kekuatan dan
kompetensi diri sebagai seorang pendidik yang mampu menjadi coach dan melakukan
coaching bagi orang-orang di lingkungan sekitar terkhusus untuk rekan dan
peserta didik.
E.
Keterkaitan Terhadap
Kompetensi Dan Kematangan Diri Pribadi
1.
Keterkaitan materi modul
2.3 tentang coaching untuk supervisi akademik dengan modul 2.1 tentang
Pembelajaran Berdiferensiasi dan modul 2.2 tentang Pembelajaran Sosial
Emosional (PSE) terletak pada pembelajaran berdiferensiasi dimana guru harus
berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa yang beragam
terdiri dari kesiapan belajar, minat belajar, dan profil
belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran social dan emosional tidak hanya
pada siswa namun juga pada diri sendiri sehingga memiliki kemampuan bijaksana
sebagai coach dan supervisor pada akhirnya sesuai dengan materi yang telah
dipelajari.
2.
Keterkaitan materi modul
2.3 dengan modul 1.1 tentang refleksi filosofis pendidikan nasional Ki Hajar
Dewantara, modul 1.2 tentang nilai-nilai dan peran guru penggerak, modul 1.3
tentang visi guru penggerak dan modul 1.4 tentang budaya positif terletak pada
seorang guru penggerak yang telah memahami dan menghayati nilai dan perannya
sebagai seorang guru penggerak mampu membangun sebuah visi yang menggemakan
hati bagi yang mendengarnya serta memberikan tauladan serta menyebarkan budaya
positif dimanapun berada mampu mengembangkan pembelajaran yang menghamba kepada
siswa sesuai dengan kodrat siswa, kodrat alam sekitar siswa tersebut tumbuh dan
kodrat zaman siswa tersebut berkembang dengan penuh harapan mampu secara
bijaksan menjadi sosok coach dan supervisor kepada rekan sejawatnya dan juga
siswanya.
Beberapa bentuk konkret
koneksi materi sebagai berikut:
1.
Memetakan kebutuhan
individu siswa, guru berperan sebagai coach melakukan proses coaching dengan
siswa sebagai coachee. Hal tersebut mampu mengoptimalkan potensi yang ada dalam
diri siswa sehingga akan menemukan cara terbaik dalam memenuhi kebutuhan
individu siswa.
2.
Pembelajaran Sosial
Emosional (PSE) yang harus dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas
sekolah untuk menumbukan kompetensi tentang kesadaran diri, manajemen diri,
kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab pada diri siswa. Proses coaching sejalan dengan PSE karena
kompetensi sosial emosional tersebut dapat diterapkan oleh guru dalam proses
coaching kepada siswa.
3.
Keterkaitan keterampilan
coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran. Terdapat
4 macam paradigma berpikir coaching, yaitu: (1) fokus pada coachee (rekan yang
akan dikembangkan, (2) bersikap terbuka dan ingin tahu, (3) memiliki kesadaran
diri yang kuat, dan (4) mampu melihat peluang baru dan masa depan.
Juga 3 kompetensi inti
yang penting dipahami, diterapkan, dan dilatih secara terus menerus saat melakukan
percakapan coaching kepada teman sejawat di sekolah, yaitu: (1) kehadiran penuh
(presence), (2) mendengarkan aktif (menyimak), dan (3) mengajukan pertanyaan
berbobot.
4.
Salah satu referensi yang
dapat kita gunakan untuk mengajukan pertanyaan berbobot hasil dari mendengarkan
aktif yaitu RASA yang diperkenalkan oleh Julian Treasure. RASA merupakan
akronim dari Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask. Dimana R (Receive/Terima),
yang berarti menerima/mendengarkan semua informasi yang disampaikan coachee.
Perhatikan kata kunci yang diucapkan. A (Appreciate/Apresiasi),
yaitu memberikan apresiasi dengan merespon atau memberikan tanda bahwa kita
mendengarkan coachee. Respon yang diberikan bisa dengan anggukan, dengan kontak
mata atau melontarkan kata. Bentuk apresiasi akan muncul saat kita memberikan
perhatian dan hadir sepenuhnya pada coachee tidak terganggu dengan situasi
lain. S (Summarize/Merangkum), saat coachee selesai bercerita
rangkum untuk memastikan pemahaman kita sama. Perhatikan dan gunakan kata kunci
yang diucapkan coachee. A (Ask/Tanya), coach mengajukan
pertanyaan berbobot berdasarkan apa yang didengar dan hasil merangkum
(summarizing), membuat pemahaman coachee lebih dalam tentang situasinya, hasil
mendengarkan yang mengandung penggalian atas kata kunci atau emosi yang sudah
dikonfirmasi, dan pertanyaan terbuka: menggunakan apa, bagaimana, seberapa,
kapan, siapa atau di mana dan hindari menggunakan pertanyaan tertutup:
“mengapa” atau “apakah” atau “sudahkah”.
5.
Jika keterampilan
coaching sudah meningkat maka pengembangan kompetensi guru sebagai pemimpin
pembelajaran akan meningkat pula. Percakapan-percakapan coaching membantu para
guru berpikir lebih dalam (metakognisi) dalam menggali potensi yang ada dalam
diri dan komunitas sekolahnya sekaligus menghadirkan motivasi internal sebagai
individu pembelajar yang berkelanjutan yang akan diwujudnyatakan dalam buah
pikir dan aksi nyata demi tercapainya kualitas pembelajaran yang berpihak pada
siswa.
ANALISIS UNTUK IMPLEMENTASI
DALAM KONTEKS CGP
A.
Memunculkan
Pertanyaan Kritis Yang Berhubungan Dengan Konsep Materi Dan Menggalinya Lebih
Jauh
“Mampukah saya menjadi
coach dan supervisor yang menjalankan TIRTA dengan baik?”, Hal tersebut
terkadang muncul dalam benak diri sendiri, namun berkat dukungan, banyak
belajar dan sering mempraktikkan maka kepercayaan diri meningkat dan selalu
bersemangat untuk menjadi lebih baik.
B.
Mengolah
Materi Yang Dipelajari Dengan Pemikiran Pribadi Sehingga Tergali Wawasan
(Insight) Baru
Materi pada modul ini
sangat unik. CGP merasakan bagaimana pada akhir modul ini, CGP diharapkan
memiliki kemampuan bijaksana sebagai coach dan supervisor dengan menerapkan
prinsip=prinsip yang ada. Hal baru iniliah yang menjadi Insight bagi CGP.
C.
Menganalisis
Tantangan Yang Sesuai Dengan Konteks Asal Cgp (Baik Tingkat Sekolah Maupun
Daerah)
Tantangan yang mungkin terjadi adalah masih adanya pandangan
atau semacam kekhawatiran coachee dalam berbagi cerita, entah itu karena tidak
peduli atau mungkin merasa canggung/malu dalam membahas masalah-masalah seputar
siswa dikelasnya. Padahal hal tersebut menjadi batu loncatan untuk Bapak Ibu
guru memperbaiki dan menstabilkan kondisi kelas. Semoga hal ini semakin membaik
step by step.
D. Memunculkan Alternatif Solusi
Terhadap Tantangan Yang Diidentifikasi
Menjadi tauladan dan sering menjadikan waktu luang sebagai
sarana mengobrol ringan dengan rekan sejawat ataupun siswa membicarakan hal-hal
dalam konteks dunia pendidikan menjadi langkah awal terbaik untuk memunculkan
budaya coaching ini.
MEMBUAT KETERHUBUNGAN
A. Pengalaman Masa Lalu
Dulu
saya merasa deg degan ketika disupervisi. Merasa sedang diuji dan dihantui.
Dulu saya juga merasa canggung bercerita kepada guru-guru lain seputar masalah
yang saya hadapi di kelas, karena khawatir respon yang saya dapatkan justru
seolah akan merendahkan kompetensi saya sebagai seorang guru.
B. Penerapan Di Masa Mendatang
Saya
akan lebih sering dan luwes mengajak teman bercerita dan menerapkan coaching
sesuai dengan materi yang telah saya pelajari. Saya juga tidak akan segan untuk
bercerita kepada teman sebagai coachee, agar sayapun terus terasah kemampuan
menyelesaikan masalah dan mencari solusi. Sebagi supervisorpun, saya akan
menerapkan hal-hal baik yang saya dapatkan di modul 2.3 ini.
C. Konsep Atau Praktik Baik Yang
Dilakukan Dari Modul Lain Yang Telah Dipelajari
Mulai
dari Paket modul 1 hingga saat ini paket modul 2, semua akan sia-sia jika CGP
tidak menebarkannya dilingkungan CGP mengajar.
D. Informasi Yang Didapat Dari
Orang Atau Sumber Lain Di Luar Bahan Ajar Pgp
Semua sudah dirangkum dengan
baik di Pendidikan Calon Guru Penggerak ini. Hal yang ingin saya tingkatkan
berikutnya dan akan saya cari informasi tersebut dari orang lain atau sumber
lain adlaah terkait menulis.