Senin, 19 Februari 2024

3.2.a.4. Eksplorasi Konsep - Modul 3.2

 Sebelum melakukan telaah materi, saya mempelajari terlebih dahulu pertanyaan pemantik berikut ini:

  1. Apabila kita menganggap sebuah sekolah adalah sebuah ekosistem dengan faktor biotik dan abiotik yang ada di dalamnya, maka  faktor-faktor apa saja yang termasuk dalam kelompok biotik dan abiotik? Faktor biotik adalah komponen dari ekosistem yang berupa makhluk hidup yang ada di bumi, singkatnya faktor biotik adalah faktor hidup contohnya adalah tenaga pendidik dan kependidikan, siswa, komite, alumni dan relasi. Untuk faktor abiotik merupakan komponen fisik ekosistem yang bentuknya tidak hidup dari lingkungan. Meski komponen abiotik ini tidak bernyawa atau benda mati, tetapi mempunyai pengaruh besar bagi kehidupan contohnya sarana prasarana, dll.
  2. Bagaimanakah seharusnya seorang kepala sekolah berperan dalam mengelola ekosistem sekolahnya?Mampu dengan bijak mengolah segala potensi yang dimiliki demi kemajuan sekolah.
  3. Kemampuan apa saja yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah sebagai pemimpin ekosistem sekolah? kemampuan melihat atau mengenali potensi dan juga kemampuan mengolah potensi tersebut menjadi hal bermanfaat demi kemajuan sekolah.
  4. Apa yang harus dilakukan oleh seorang kepala sekolah dalam mengelola sumber daya sekolah secara efektif dan efisien? menggali dan mengembangkannya dengan cara memberi kesempatan dan peluang untuk terus berkembang dan termanfaatkan.
  5. Seberapa besar dampak sumber daya (fasilitas) yang sekolah miliki untuk memfasilitasi proses pembelajaran murid saat ini? Sangat besar, namun semua sarana prasarana tersebut optimal termanfaatkan untuk proses pembelajaran murid jika dan hanya jika bapak ibu gurunya kreatif. Jelaskan! Andai bapak ibu gurunya kreatif maka fasilitas tersebut bisa optimal digunakan. Sebaliknya jika tidak didukung dengan sumber daya manusianya, maka fasilitas yang bagus dan lengkap tersebut hanya akan terpajang saja.
  6. Sejauh mana sumber daya sekolah yang kita miliki sudah kita gunakan secara efektif untuk mendukung kualitas pembelajaran di sekolah? Insya Allah disekolah tempat saya bertugas, semua sumber daya sekolah termanfaatkan dengan baik. Terutama demi kemajuan sekolah dan peningkatan kualitas proses belajar mengajar. Mengantarkan siswa dan guru serta sekolah dalam berbagai prestasi. 
  7. Adakah cara alternatif yang bisa kita lakukan untuk memaksimalkan sumber daya yang sudah ada demi meningkatkan kualitas pembelajaran murid? Ada, selalu membuat program-program unggulan yang bertujuan menjaga kualitas dari guru, siswa dan tenaga kependidikan. Lalu kontrol berkelanjutan yang dilakukan oleh pembina/unsur pimpinan, dll. 
  8. Sudahkah sekolah memanfaatkan apa yang ada di lingkungan sekitar? Bagaimana pemanfaatannya?Sudah, tapi mungkin harus dioptimalkan dari tahun ke tahun. Pemanfaatan yang dilakukan misalnya melakukan temu ramah dengan alumni, membuka peluang kepada alumni untuk memberikan motivasi serta guru tamu, aktif dan proaktif dalam mendapatkan bantuan untuk pembangunan sekolah, dll.
Demikianlah jawaban singkat saya. Mari berdiskusi..

Kamis, 07 Desember 2023

2.3.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik, by Mona Amelia, S. Pd, Guru Matematika di SMA N 2 Sijunjung Provinsi Sumatera Barat, Calon Guru Penggerak Angkatan 9

 

Koneksi Antar Materi merupakan rangkuman materi, pengalaman, refleksi dan harapan tentang keterkaitan yang terjadi antar materi selama Pendidikan Calon Guru Penggerak (CGP), mulai dari paket modul 1 yang terdiri dari 4 modul hingga paket modul 2 yang terdiri dari 3 modul. Dari artikel ini akan tergambar sejauh mana pemahaman dan penguasaan materi oleh Calon Guru Penggerak.  

Metode pembelajaran yang digunakan selama Pendidikan Calon Guru Penggerak menggunakan Pembelajaran Berdiferensiasi, para CGP diberikan keleluasan, merdeka dalam memilih bentuk produk penugasan yang akan dihasilkan disesuaikan dengan minat dan kreativitas. Contoh media yang dapat dibuat diantaranya artikel, ilustrasi, grafik, video, rekaman audio, screencast presentasi, artikel dalam blog, dan lainnya.


PEMIKIRAN REFLEKTIF TERKAIT PENGALAMAN BELAJAR

A.   Pengalaman/Materi Pembelajaran yang Baru Saja Diperoleh CGP

1.   Pengertian Coaching

 Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999).

Coaching juga dapat diartikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee.

2.   Paradigma Berpikir Coaching

a.     Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan

b.     Bersikap terbuka dan ingin tahu

c.     Memiliki kesadaran diri yang kuat

d.       Mampu melihat peluang baru dan masa depan

 

3.   Prinsip Coaching

a.   Kemitraan adalah posisi coach terhadap coachee-nya adalah mitra. Itu berarti setara dalam coaching, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah

b.   Proses kreatif adalah dilakukan melalui percakapan, yang dua arah, memicu proses berpikir coachee, memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru

c.    Memaksimalkan potensi adalah memberdayakan rekan sejawat, percakapan perlu diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan

 

4.   Kompetensi Inti Seorang Coach

a.   Kehadiran Penuh atau  (presence) seorang coach untuk mendengarkan coacheenya

b.   Mendengarkan aktif, fokus pada apa yang dikatakan oleh lawan bicara dan memahami keseluruhan makna yang tidak terucap

c.    Mengajukan pertanyaan berbobot

5.   Alur TIRTA

TIRTA dikembangkan dari satu model umum coaching yang dikenal sangat luas dan telah banyak diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will.

a.   Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini

b.   Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee

c.    Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi

d.   Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya

 

Saat melakukan percakapan perencanan jangan minta coachee mengisi form tapi dapatkan jawaban melalui percakapan

a.   T (Tujuan):

Tanyakan tujuan perencanaan: apa yang ingin dicapai dengan program pengembangan/kegiatan

b.   I (Identifikasi) & R (Rencana):

1)   Tentukan ukuran keberhasilan program pengembangan/kegiatan

2)   Identifikasi hal-hal yang harus disiapkan/dikembangkan

3)   Identifikasi hal-hal yang sudah ada yang bisa membantu keberhasilan

4)   Identifikasi dukungan yang diperlukan

c.    TA (Tanggung Jawab):

Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya.

 

6.   Salah satu proses penting yang dilakukan saat supervisi akademik yaitu pemberian umpan balik. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan saat memberikan umpan balik dengan prinsip coaching:

a.   Tujuan pemberian umpan balik adalah untuk membantu pengembangan diri coachee

b.   Tanpa umpan balik, orang tidak akan mudah untuk berubah

c.    Sesuai prinsip coaching, pemberian umpan balik tetap menjaga prinsip kemitraan

d.   Selalu mulai dengan memahami pandangan/ pendapat coachee

 

7.   Supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Supervisi akademik perlu dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada anak. Karenanya kegiatan supervisi akademik hanya memiliki sebuah tujuan yakni pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001).

 

8.   Dalam pelaksanaan supervise akademik ada dua paradigma utama yang menjadi landasan kita menjalankan proses supervisi akademik yang memberdayakan, yakni paradigma pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu

 

9.   Salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam mencapai tujuan supervise yaitu mengoptimalkan potensi setiap guru sesuai dengan kebutuhan yang nantinya dapat membantu para guru dalam proses peningkatan kompetensi dengan menerapkan kegiatan pembelajaran baru yang dimodifikasi dari sebelumnya adalah melalui percakapan coaching dalam keseluruhan rangkaian supervisi akademik

 

10.        Sebuah kegiatan supervisi klinis bercirikan:

a.     Interaksi yang bersifat kemitraan

b.     Sasaran supervisi berpusat pada strategi pembelajaran atau aspek pengajaran yang hendak dikembangkan oleh guru dan  disepakati bersama antara guru dan supervisor

c.      Siklus supervisi klinis: pra-observasi, observasi kelas, dan pasca-observasi

d.     Instrumen observasi disesuaikan dengan kebutuhan

e.     Objektivitas dalam data observasi, analisis dan umpan balik

f.      Analisis dan interpretasi data observasi dilakukan bersama-sama melalui percakapan guru dan supervisor

g.     Menghasilkan rencana perbaikan pengembangan diri

h.     Merupakan kegiatan yang berkelanjutan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

11.        Dengan prinsip berkesinambungan dan memberdayakan, seorang supervisor meneruskan hasil dari tahapan pelaksanaan supervisi akademis dan klinis sebagai pijakan lanjutan bagi proses tindak lanjut yang meliputi refleksi, perencanaan pengembangan diri dan pengembangan proses pembelajaran.

 

  

 

        

 

 

 

 

 

 

B.   Emosi-Emosi yang Dirasakan CGP Terkait Pengalaman Belajar

Emosi yang dirasakan adalah semakin termotivasi untuk lebih giat belajar dan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang coaching untuk supervisi akademik dan semakin banyak melakukan praktik coaching agar semakin terasah kemampuan sebagai coach untuk hadir penuh (presence), mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot kepada rekan yang menjadi coachee.

 

C.   Hal yang Sudah Baik Berkaitan Dengan Keterlibatan Diri Dalam Proses Belajar 

Hal yang sudah baik dalam diri CGP adalah telah memiliki pemahaman dan pencerahan tentang materi coaching untuk supervisi akademik dan sudah mempraktikkannya. Hal baik lainnya, CGP memiliki kesadaran akan kekhawatiran yang dikemas menjadi tantangan. Terdapat beberapa tantangan dalam menerapkan praktik coaching yaitu pelaksanaan secara berkelanjutan dengan murid atau rekan sejawat agar mendapatkan keterampilan coaching untuk supervisi akademik karena kegiatan coaching dan supervisi akademik bersifat kontinu.

 

D.  Hal yang Perlu Diperbaiki Terkait Dengan Keterlibatan Diri Dalam Proses Belajar 

Hal yang perlu diperbaiki adalah mempraktikkan langkah-langkah yang tepat dan bijaksana saat mengajukan pertanyaan berbobot kepada coachee. Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi adalah mengoptimalkan kekuatan dan kompetensi diri sebagai seorang pendidik yang mampu menjadi coach dan melakukan coaching bagi orang-orang di lingkungan sekitar terkhusus untuk rekan dan peserta didik.

 

E.   Keterkaitan Terhadap Kompetensi Dan Kematangan Diri Pribadi

1.   Keterkaitan materi modul 2.3 tentang coaching untuk supervisi akademik dengan modul 2.1 tentang Pembelajaran Berdiferensiasi dan modul 2.2 tentang Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) terletak pada pembelajaran berdiferensiasi dimana guru harus berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa yang beragam terdiri dari kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran social dan emosional tidak hanya pada siswa namun juga pada diri sendiri sehingga memiliki kemampuan bijaksana sebagai coach dan supervisor pada akhirnya sesuai dengan materi yang telah dipelajari.

2.   Keterkaitan materi modul 2.3 dengan modul 1.1 tentang refleksi filosofis pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara, modul 1.2 tentang nilai-nilai dan peran guru penggerak, modul 1.3 tentang visi guru penggerak dan modul 1.4 tentang budaya positif terletak pada seorang guru penggerak yang telah memahami dan menghayati nilai dan perannya sebagai seorang guru penggerak mampu membangun sebuah visi yang menggemakan hati bagi yang mendengarnya serta memberikan tauladan serta menyebarkan budaya positif dimanapun berada mampu mengembangkan pembelajaran yang menghamba kepada siswa sesuai dengan kodrat siswa, kodrat alam sekitar siswa tersebut tumbuh dan kodrat zaman siswa tersebut berkembang dengan penuh harapan mampu secara bijaksan menjadi sosok coach dan supervisor kepada rekan sejawatnya dan juga siswanya.

 

Beberapa bentuk konkret koneksi materi sebagai berikut:

1.   Memetakan kebutuhan individu siswa, guru berperan sebagai coach melakukan proses coaching dengan siswa sebagai coachee. Hal tersebut mampu mengoptimalkan potensi yang ada dalam diri siswa sehingga akan menemukan cara terbaik dalam memenuhi kebutuhan individu siswa.

2.   Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) yang harus dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah untuk menumbukan kompetensi tentang kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab pada diri siswa. Proses coaching sejalan dengan PSE karena kompetensi sosial emosional tersebut dapat diterapkan oleh guru dalam proses coaching kepada siswa.

3.   Keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran. Terdapat 4 macam paradigma berpikir coaching, yaitu: (1) fokus pada coachee (rekan yang akan dikembangkan, (2) bersikap terbuka dan ingin tahu, (3) memiliki kesadaran diri yang kuat, dan (4) mampu melihat peluang baru dan masa depan.

Juga 3 kompetensi inti yang penting dipahami, diterapkan, dan dilatih secara terus menerus saat melakukan percakapan coaching kepada teman sejawat di sekolah, yaitu: (1) kehadiran penuh (presence), (2) mendengarkan aktif (menyimak), dan (3) mengajukan pertanyaan berbobot.

4.   Salah satu referensi yang dapat kita gunakan untuk mengajukan pertanyaan berbobot hasil dari mendengarkan aktif yaitu RASA yang diperkenalkan oleh Julian Treasure. RASA merupakan akronim dari Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask. Dimana R (Receive/Terima), yang berarti menerima/mendengarkan semua informasi yang disampaikan coachee. Perhatikan kata kunci yang diucapkan. A (Appreciate/Apresiasi), yaitu memberikan apresiasi dengan merespon atau memberikan tanda bahwa kita mendengarkan coachee. Respon yang diberikan bisa dengan anggukan, dengan kontak mata atau melontarkan kata. Bentuk apresiasi akan muncul saat kita memberikan perhatian dan hadir sepenuhnya pada coachee tidak terganggu dengan situasi lain. S (Summarize/Merangkum), saat coachee selesai bercerita rangkum untuk memastikan pemahaman kita sama. Perhatikan dan gunakan kata kunci yang diucapkan coachee. A (Ask/Tanya), coach mengajukan pertanyaan berbobot berdasarkan apa yang didengar dan hasil merangkum (summarizing), membuat pemahaman coachee lebih dalam tentang situasinya, hasil mendengarkan yang mengandung penggalian atas kata kunci atau emosi yang sudah dikonfirmasi, dan pertanyaan terbuka: menggunakan apa, bagaimana, seberapa, kapan, siapa atau di mana dan hindari menggunakan pertanyaan tertutup: “mengapa” atau “apakah” atau “sudahkah”.

5.   Jika keterampilan coaching sudah meningkat maka pengembangan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran akan meningkat pula. Percakapan-percakapan coaching membantu para guru berpikir lebih dalam (metakognisi) dalam menggali potensi yang ada dalam diri dan komunitas sekolahnya sekaligus menghadirkan motivasi internal sebagai individu pembelajar yang berkelanjutan yang akan diwujudnyatakan dalam buah pikir dan aksi nyata demi tercapainya kualitas pembelajaran yang berpihak pada siswa.

ANALISIS UNTUK IMPLEMENTASI DALAM KONTEKS CGP

A.   Memunculkan Pertanyaan Kritis Yang Berhubungan Dengan Konsep Materi Dan Menggalinya Lebih Jauh

“Mampukah saya menjadi coach dan supervisor yang menjalankan TIRTA dengan baik?”, Hal tersebut terkadang muncul dalam benak diri sendiri, namun berkat dukungan, banyak belajar dan sering mempraktikkan maka kepercayaan diri meningkat dan selalu bersemangat untuk menjadi lebih baik.

 

B.   Mengolah Materi Yang Dipelajari Dengan Pemikiran Pribadi Sehingga Tergali Wawasan (Insight) Baru

Materi pada modul ini sangat unik. CGP merasakan bagaimana pada akhir modul ini, CGP diharapkan memiliki kemampuan bijaksana sebagai coach dan supervisor dengan menerapkan prinsip=prinsip yang ada. Hal baru iniliah yang menjadi Insight bagi CGP.

 

 

C.   Menganalisis Tantangan Yang Sesuai Dengan Konteks Asal Cgp (Baik Tingkat Sekolah Maupun Daerah)

Tantangan yang mungkin terjadi adalah masih adanya pandangan atau semacam kekhawatiran coachee dalam berbagi cerita, entah itu karena tidak peduli atau mungkin merasa canggung/malu dalam membahas masalah-masalah seputar siswa dikelasnya. Padahal hal tersebut menjadi batu loncatan untuk Bapak Ibu guru memperbaiki dan menstabilkan kondisi kelas. Semoga hal ini semakin membaik step by step.

 

D.  Memunculkan Alternatif Solusi Terhadap Tantangan Yang Diidentifikasi

Menjadi tauladan dan sering menjadikan waktu luang sebagai sarana mengobrol ringan dengan rekan sejawat ataupun siswa membicarakan hal-hal dalam konteks dunia pendidikan menjadi langkah awal terbaik untuk memunculkan budaya coaching ini.

 

MEMBUAT KETERHUBUNGAN

A.   Pengalaman Masa Lalu

Dulu saya merasa deg degan ketika disupervisi. Merasa sedang diuji dan dihantui. Dulu saya juga merasa canggung bercerita kepada guru-guru lain seputar masalah yang saya hadapi di kelas, karena khawatir respon yang saya dapatkan justru seolah akan merendahkan kompetensi saya sebagai seorang guru.

 

B.   Penerapan Di Masa Mendatang

Saya akan lebih sering dan luwes mengajak teman bercerita dan menerapkan coaching sesuai dengan materi yang telah saya pelajari. Saya juga tidak akan segan untuk bercerita kepada teman sebagai coachee, agar sayapun terus terasah kemampuan menyelesaikan masalah dan mencari solusi. Sebagi supervisorpun, saya akan menerapkan hal-hal baik yang saya dapatkan di modul 2.3 ini.

 

C.   Konsep Atau Praktik Baik Yang Dilakukan Dari Modul Lain Yang Telah Dipelajari

Mulai dari Paket modul 1 hingga saat ini paket modul 2, semua akan sia-sia jika CGP tidak menebarkannya dilingkungan CGP mengajar.

 

D.  Informasi Yang Didapat Dari Orang Atau Sumber Lain Di Luar Bahan Ajar Pgp

Semua sudah dirangkum dengan baik di Pendidikan Calon Guru Penggerak ini. Hal yang ingin saya tingkatkan berikutnya dan akan saya cari informasi tersebut dari orang lain atau sumber lain adlaah terkait menulis.

 

 

3.2.a.4. Eksplorasi Konsep - Modul 3.2

  Sebelum melakukan telaah materi, saya mempelajari terlebih dahulu  pertanyaan pemantik  berikut ini: Apabila kita menganggap sebuah sekola...